Tips dari Penulis Dunia

Tips dari Penulis Dunia
Tips dari Penulis Dunia
Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan konsentrasi pikiran dan memusatkan segala yang ada di benak untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Letak susahnya menulis adalah pada tidak terbiasanya seseorang untuk berkonsentrasi dan memfokuskan pikiran. Maka tidak salah bila menulis adalah kegiatan yang melibatkan proses berfikir. Tulisanidehidup.com ini bukanlah hasil dari penelitian yang rumit, namun hanya sekadar akan mengulas pengalaman para penulis tingkat dunia yang berkaitan dengan cara meningkatkan keterampilan menulis siswa,mahasiswa, maupun kita semua yang ingin meningkatkan kualitas tulisan.
Selain itu tulisan ini juga semakin meningkatkan keterampilan menulis cerpen maupun jenis tulisan-tulisan lainnya.  Dengan mengetahui pengalaman-pengalaman para penulis tingkat dunia semoga bisa menjadi salah satu metode pembelajaran keterampilan menulis, maupun sebagai alternatif acuanmodel pembelajaran menulis. Tulisan ini bukanlah makalah keterampilan menulis, namun lebih ke arah tulisan lepas tentang bagaimana para penulis tingkat dunia itu berproses dalam menghasilkan karya-karya mereka. Pengalaman adalah guru terbaik, makamari kita belajar dari pengalaman para penulis tingkat dunia. Selamat menikmati sajian kami kali ini.

1. Meningkatkan Keterampilan Menulis: Menemukan dan Mempertahankan Semangat Menulis (mood)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif. Sedangkan produktivitas seseorangitu sangat dinamis dan perlu selalu dilatih dan dikondisikan. Sebagian orang memulai menulis ketika semangat menulisnya (mood) sedang menyala. Sehingga mereka akan kesulitan untuk menulis jika semangat menulisnya tidak kunjung datang. Untuk mengatasi hal seperti itu penulis jenis ini akan memperjuangkan, mengkondisikan, dan mengusahakan semuacara untuk menjaga supaya mood/semangat menulisnya terbangkitkan. Cara masing-masingpenulis untuk membangkitkan semangat menulis mereka tentu saja sangat beragam dan satu penulis dengan penulis lainnya berbeda-beda.
Misalnya Ernest Hemingway yang menulissetiap pagi hari sesaat setelah cahaya mentari pertama muncul. Hal tersebut terungkap saat George Plimpton dari The Paris Reviewmewawancarai Ernest Hemingway. Kurt Vonnegut melakukan push up dan sit up setiap waktu. Kebiasaan Kurt Vonnegut itu diketahui dari surat kepada Jane istrinya tentang kebiasaan harian menulis dia. Melakukan aktivitas fisik tertentu memang bisa melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh sehingga bisa membangkitkan semangat. Lain lagi dengan Dan Brown, penulis novel The Da Vinci Code, dia membalik tubuhnya, kaki di atas dan kepala di bawah, dengan tujuan supayadarah mengalir ke kepala sampai dia mendapatkan suatu ide untuk ditulis.
Berkaitan dengan kondisi ideal untuk menulis, ada juga jenis penulis yang menyatakan tidak perlu kondisi ideal untuk memulai menulis. Elwyn Brooks White atau lebih dikenal dengan E. B White, penulis novel untuk anak berjudulCharlotte’s Web, menyampaikan pendapatnya tentang ketiadaan kondisi ideal dalam proses menulis saat diwawancarai oleh The Paris Review, “Seorang penulis yang menunggu kondisi ideal untuk menulis akan mati tanpa menuliskan satu kata pun di atas kertasnya”.
Dari wawancara tersebut juga terungkap bahwa E. B. White menyatakan bahwa dia bisa menulis meski ada gangguan-gangguan di sekitarnya. E. B. White biasa menulis di ruang keluarga yang seluruh aktivitas anggota keluarga berlangsung di sana. Banyak aktivitas anggota keluarga E. B. White berlalu-lalang di ruangan tersebut, untuk ke dapur, ke kamar kecil, dan telepon pun juga berada di ruangan itu.

2. Meningkatkan Keterampilan Menulis: Mencari, Menggali, dan Menyusun Ide
Seorang penulis juga dituntut untuk memiliki persediaan ide atau konsep yang akan ditulis. Mencari ide bisa dikatakan susah-susah gampang. Maka sangat perlu dilakukan usaha-usaha supaya ide atau gagasan bisa mengalir lancar. Seorang penulis perlu menajamkan dan meningkatkan kepekaan terhadap lingkungannya. Apapun yang terjadi di hadapan penulis, yang dirasakan, dicium, dibau, didengar dan yang dilihat oleh penulis maka itu semua bisa menjadi bahan ide tulisan. Untuk mengatasi munculnya kemacetan dalam menghasilkan ide, seorang penulis perlu membuat buku catatan khusus untuk menyimpan persediaan ide.
Apapun lintasan pikiran yang ada di kepala seorang penulis perlu dituliskan di buku catatan persediaan ide. Sebaiknya buku tersebut dibawa kemanapun seorang penulis pergi. Karena ide tulisan bisa datang kapanpun dan dimanapun. Namun untungya saat ini sudah tersedia bentuk cara pencatatan yang lebih mudah, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas pencatatan dengan menggunakanhandphone. Suatu ketika bila seorang penulis akan menulis maka tinggal membuka kembali lembaran-lembaran di buku tersebut untuk memilih salah satu ide atau konsep lalu dikembangkan menjadi suatu bentuk tulisan utuh. Dengan demikian maka kejadian kehabisan ide untuk ditulis saat semangat menulis begitu tinggi tidak akan terjadi.
Ide untuk tulisan bisa datang dari mana saja. Mark Twain mendapatkan ide mengenai Huckleberry Finn dari karakter seseorang yang dikenalnya di kehidupan nyata. Karakter tersebut adalah replika dari teman Mark Twain semasa dia masih anak-anak yang bernama Tom Blankenship. Penulis-penulis besar banyak mendapatkan ide-ide cemerlang sebagai bahan tulisan hanya dengan menjadi pengamat apa saja yang pernah terjadi di sekitarnya. Keterampilan menulis karangan berdasarkan pengalaman menjadi cara tersendiri dalam menuangkan apa yang pernah dialami menjadi suatu bentuk tulisan. Dari sini terlihat bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi menjadi modal dasar yang sangat berguna.
Stephen King mendapatkan ide untuk menulis novel berjudul Misery setelah dia tertidur di pesawat udara dan bermimpi. Tentu saja dengan beberapa perubahan pada plot dan pada gaya penceritaan. Meskipun hanya sekadar mimpi ternyata bisa membangkitkanide untuk ditindaklanjuti dan ditulis menjadi novel.
Suzanne Collins menceritakan proses mendapatkan ide untuk menuliskan novelHunger Games di suatu wawancara yang videonya diunggah ke youtube. Suatu malam Suzanne Collins sangat kelelahan. Dia menonton televisi dan memindah-mindah saluran. Sampailah dia pada saluran televisi yang menayangkan reality show tentang sekumpulan anak muda berkompetisi untuk mendapatkan satu juta dollar atau gelar atau apapun itu. Kemudian Suzanne Collins memindah-mindah saluran lagi dan melihatfootage dari perang di Iraq. Menurut dia, dua hal tersebut mulai bergabung di pikirannya secara tidak terencana, dan saat itulah momen dia menyadari telah mendapatkan ide untuk ditulis.

3. Meningkatkan Keterampilan Menulis: Proses Penulisan
Menuliskan ide dan menyusunnya menjadi rangkaian untai kata yang terjalin menjadi tulisan utuh merupakan kegiatan inti bagi seorang penulis. Menuangkan pikiran yang ada di kepala ke dalam bentuk tulisan ini juga bagian dari keterampilan dasar menulis. Seorang penulis akan duduk berjam-jam di depan laptop sambil jemarinya menari-nari di atas tombol papan ketik. Atau juga seorang penulis kuat berlama-lama dengan ballpoint di tangan mencoret-coret kertas penuh makna.
Salah satu cara untuk mengukur produktivitasseorang penulis adalah dengan menghitung banyaknya kata yang dihasilkan setiap hari. Penulis-penulis tertentu akan mengejar target kuota minimal berapa kata perhari yang harus dia hasilkan. Pemberian target harian akan lebih memudahkan penentuan target kapan suatu karya diperkirakan akan selesai dikerjakan. Meskipun juga ada penulis-penulis yang tidak membatasi berapa kata perhari yang harus dia tulis.
Pada bukunya yang berjudul On Writing, Stephen King mengungkapkan bahwa dia menulis 2000 kata per hari. Mark Twain dalam buku Autobiography of Mark Twain menyatakan bahwa saat di Florence tahun 1904 rata-rata per hari dia menghasilkan 1400 kata per setiap duduk untuk menulis selama empat atau lima jam.
Tempat untuk proses penulisan juga bermacam-macam tergantung dari kesukaan penulis. Ada penulis yang menulis dengan mengurung diri di dalam kamar rumahnyatanpa ada seorangpun yang boleh masuk. Ada yang menyewa kamar hotel khusus hanya untuk kegiatan menulisnya, seperti yang dilakukan oleh Maya Angelou. Ada yang tidak memerlukan tempat khusus untuk menulis, dimanapun berada proses penulisan bisa berlangsung, seperti Agatha Christy yang menulis di meja makan. Ada yang menulis di cafe, seperti J. K. Rowling, Jean Paul Sartre, Ernest Hemingway, dll.

4. Meningkatkan Keterampilan Menulis: Proses Menyunting (edit)
Menyunting (edit) tulisan dilakukan ketika proses penulisan sudah dilakukan. Rangkaian kata yang telah tersusun tersebut ditinjau ulang, dibaca ulang, dan dibenahi bila ada bagian-bagian yang dirasa kurang tepat atau mungkin perlu diberi penambahan. Banyak sekali yang perlu dibenahi dari suatu drafttulisan. Bisa ada yang perlu dibenahi dari segi susunan kalimat, pemilihan kata yang tepat, kesalahan pengetikan, penghilangan bagian yang dirasa tidak perlu, atau pun juga penambahan bagian tertentu yang dirasa kurang.
Proses penyuntingan (editing) sangat berkaitan dan bergantung erat pada proses penulisan. Seperti yang dikatakan oleh Jodi Picoult, seorang penulis tujuh buku yang masuk daftar New York Times bestseller, ketika diwawancarai oleh Noah Charney dari thedailybeast[dot]com, “Mungkin anda tidak menulis dengan hasil yang baik setiap hari, namun anda masih bisa meng-edit suatu halaman tulisan yang buruk. Tetapi anda tidak akan pernah bisa meng-editsuatu halaman kosong tanpa tulisan”. Dengan demikian maka seorang penulis jangan ragu-ragu untuk menuliskan apapun lintasan yang ada di kepalanya dan tanpa dihantui rasa takut salah, takut jelek, atau ketakutan-ketakutan lainnya, karena nanti masih ada tahap yang harus dilalui tulisan tersebut, yaitu proses penyuntingan (editing).

5.Meningkatkan Keterampilan Menulis: Proses Revisi
Setelah tulisan masuk ke meja tim redaksi penerbitan maka akan banyak masukan dari mereka. Terkadang mereka meminta penulis untuk merevisi sedikit saja tulisannya. Terkadang juga diminta untuk merevisi total karyanya tersebut. Berkaitan mengenai revisi ini biasanya juga melalui proses diskusi antara penulis dan pihak penerbit. Jarang sekali ada naskah tulisan yang langsung lolos begitu saja tanpa adanya permintaan revisi.
Vladimir Nabokov penulis novel terkenal berjudul Lolita, mengungkapkan tentang proses aktivitas menulisnya pada autobiografinya yang berjudul “Speak, Memory: An Autobiography Revisited”, bahwa dia menulis ulang (rewritten) bahkan beberapa kali setiap kata yang pernah dia publikasikan. Penghapus yang ada di ujung pensil-pensilnya hingga habis.
Ernest Hemingway saat diwawancarai oleh The Paris Review pada tahun 1956 tentang berapa banyak dia menulis ulang. Tergantung jawab dia, Ernest Hemingway mengatakan bahwa dia menulis ulang bagian akhir dari Farewell to Arms pada bagian akhir halamannya adalah sebanyak 39 kali sebelum dia puas. Saat ditanya lagi mengenai adakah masalah secara teknis dan apa yang menjadikannya sulit. Ernest Hemingway menjawab, membuat kata-kata secara tepat.
Nah demikianlah proses-proses yang dilalui seorang penulis. Kita sadari bahwa “pengertian keterampilan menulis” adalah sangat luas, dan uraian dalam tulisan ini banyak mengacu pada penulis-penulis fiksi. Namun semoga pengalaman-pengalaman mereka juga bisa diterapkan pada proses kepenulisan jenis tulisan lainnya. Minimal pengalaman-pengelaman mereka itu tadi bisa menjadi inspirasi bagi anda apapun jenis tulisan yang anda tulis. Apapun yang terjadi tetaplah menulis.
Bahkan jangan sampai tulisan di atas menjadikan anda terintimidasi untuk membayangkan hal-hal yang sulit dalam proses menulis. Jadikan uraian deskripsi tentang pengalaman penulis-penulis tingkat dunia tersebut sebagai tambahan inspirasi untuk membuka cakrawala pengetahuan menulis anda. Buatlah proses menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan. Semoga ulasan usaha “penelitian keterampilan menulis” kecil-kecilan berdasarkan pengalaman-pengalaman para penulis tingkat dunia ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Sumber: idehidup.com

0 Response to "Tips dari Penulis Dunia"

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel