Belenggu: Puisi-Puisi Kurliyadi


Belenggu

Bisakah air mata ini pulang ke matamu
Sedang hari berlari ingin bertamu
Menemuiku sehabis hujan mengguyur deras
Membalas musim sebelum berkemas

Tidak usah kau belenggu aku di matamu
Bicaralah walau sekata kau mampu
Aku ingin kita bersepeda menemukan puisi
Sebelum kau pergi dengan kalung belati

Aku ingin kita kembali pulang
Ke timur adalah tujuan perang
Dengan hidup yang mulai gersang
Oleh bara puisi yang terus terbuang

Jangan katakan ini adalah rayuan
Sebab aku bukan penyair yang cemburuan
Jika salah aku ingin dimaafkan
Mari pulang ke pangkuan doa impian

2015
Doa Hamba Sahaya

Jika bukan karena cinta dan hidup
Aku sudah redup tak degupdalam kebisingan qunut umur
Yang terus berlanjut ke bilik uzur
Mengatakan pada pintu doa
Lebih I’tizal dari bisa air mata
Menanam nama-Mu sambil terpejam

Lihat tubuhku, hanya rindu berkarat
Menunggu tahiyat cinta bermunajat
Menghitung cara untuk lebih dekat
Pada-Mu yang maha Zat
Perancang warna nasib sebagai pengingat
Padaku padamu yang terus bermukim di maksiat
Karena aku adalah tanah belum gembur
Ditanami godaan yang menjamur
Khilaf waktu ibadah sering terkubur
Sibuk berhias di cermin dunia yang kufur

Maka jalan tempat kembali
Hanya bersujud pada Ilahi
Merancang harapan doa kembali
Kepada hidup telah tersesali
Tidak lagi mengulang yang lalu, lali
Padahal maut berdiri di dada sebelah kiri
Tak terbaca kapan tiba menghampiri
Sebagai akhir kembali ditimbangi
Berat amal baik buruk terkecuali
Di pintu mana aku masuk surga neraka air api
Sebab aku hanya bisa menangisi
Bagaimana anak cucu nasibnya kemudian hari
Lahir kembali pecah abadi

2016

Kurliyadi, lahir di kepulauan Giligenting Sumenep Madura. Alumnus Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar Pangarangan Sumenep.

Sumber: Media Indonesia, edisi Minggu 14/01/2018.

0 Response to "Belenggu: Puisi-Puisi Kurliyadi"

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel