Mengenang Sapardi Djoko Damono: Bapak Pujangga Indonesia (Jalan Hidup, Karya, dan Puisi-Puisinya)
Mengenang Sapardi Djoko Damono: Bapak Pujangga Indonesia |
Perjalanan Hidup
- Pujangga Kebanggaan Indonesia Sapardi Djoko Damono Lahir di Surakarta, 20 Maret 1940.
- Sejak bangku SMA, Pak Sapardi sudah mulai menggeluti dunia menulis
- Tahun 1995, beliau dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia
- Musikalisosi puisi SDD dimulai tahun 1987, ketlka beberapa mahosiswanya membantu program Pusat Bahasa
- Tahun 1973-1980, Direktur Pe1oksona Yayosan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison
- Tahun 1978 menerima penghorgoon Culturol Award dari Pemerintah Australia
- Tercatat sebagai anggota penyusun 'Anthropology of Asean Uterature', COCi, ASEAN pada tohun 1982
- Pada 1986, eyang Sapardi mendapatkon anugerah SEA Write Award
Rentetan Karya
Berikut rangkaian karya Sapardi baik puisi hingga esai yang dikutip dari laman Wikipedia:- Sastra Sunting
- Duka-Mu Abadi (1969)
- Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
- Mata Pisau (1974)
- Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)
- Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)
- Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)
- Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)
- Perahu Kertas (1983)
- Sihir Hujan (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
- Water Color Poems (1986; translated by J.H. McGlynn)
- Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn)
- Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
- Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
- Hujan Bulan Juni (1994)
- Black Magic Rain (translated by Harry G Aveling)
- Arloji (1998)
- Ayat-ayat Api (2000)
- Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)
- Mata Jendela (2002)
- Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002)
- Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen)
- Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
- Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
- Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn)
- Kolam (2009; kumpulan puisi)
- Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi)
- Namaku Sita (2012; kumpulan puisi)
- The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos "I La Galigo" terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)
- Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)
- Trilogi Soekram (2015; novel)
- Hujan Bulan Juni (2015; novel)
- Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015)
- Suti (2015, novel)
- Pingkan Melipat Jarak (2017; novel)
- Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel)
Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabahDari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu,
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu,
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari."
Hanya
Hanya suara burung yang kau dengardan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
Sajak-sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai anginharus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku
Menjenguk Wajah di Kolam
Jangan kauulang lagimenjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.
Jangan sekali-
kali membayangkan
Wajahmu sebagai
rembulan.
Ingat,
jangan sekali-
kali. Jangan.
Baik, Tuan."
0 Response to " Mengenang Sapardi Djoko Damono: Bapak Pujangga Indonesia (Jalan Hidup, Karya, dan Puisi-Puisinya)"
Posting Komentar
Tulis Komentar Anda Disini....