Ngomongin Sepeda
Ngomongin Sepeda |
Akhir akhir ini sedang tren orang bersepeda, dari yang harga ekonomi hingga harga Patas yang bisa buat ngecor rumah yang dindingnya sudah ngos ngosan. Sayangnya, Sepeda bagi mereka hanya buat Keren kerenan, bukan karena kebutuhan. Sangat berbeda dengan ibu petani desa yang memang tiada kenderaan lain buat ngangkut Pakan ternak selain Sepeda.
Ngomongin Sepeda, sejak SMA saya sudah bersepeda pergi pulang sekolah. Sepeda itu adalah milik sekolah yang dipinjamkan kepada saya. Karena dasarnya adalah kebutuhan untuk saya bisa berkendara, sekolah hanya memiliki 1 Sepeda; dan itu untuk saya pinjam.
Di SMA, saya satu satunya siswa yang naik Sepeda ke sekolah. Sementara teman yang lain memilih naik Motor dengan modifikasi ala Valentino Rossi. Bahkan sebagian memilih jalan kaki dari pada naik Sepeda karena rasa gengsi. Memang, kebanyakan orang di kampung saya waktu itu masih menganggap Sepeda itu tidak gaul, kekanak kanakan, dan yang lebih penting; bukan Cowok idaman.
Dengan segala deg degan dan rasa malu di dalam dada, saya tetap bertahan untuk bersepeda hingga lulus SMA. Selanjutnya saya berangkat ke Jogja. Saya beruntung, karena orang orang bersepeda di Jogja sudah lumrah dan biasa. Tidak ada gengsi gensian. Malah nyaman dan terasa Keren, sehat pula. Dan saya pun beli Sepeda dan memakainya untuk keliling Jogja; termasuk untuk pergi jualan Koran di lampu merah.
Selama kuliah saya naik Sepeda. Mau ngajar, mau jual Koran, mau liburan, mau ngurusin anak anak kampung yang mau masuk UIN, semuanya saya jalanin dengan Sepeda. Sampai akhirnya saya lulus dan saya bekerja. Kini saya telah melepas Sepeda itu. Bukan karena tidak lagi sayang, melainkan jarak dan lalu lalang pekerjaan tidak lagi cukup dengan Sepeda.
Namun, Sepeda tetaplah kenangan terbaik dalam hidup saya. Dan di masa depan saya akan kembali bersepeda.
Ali Munir S.
0 Response to "Ngomongin Sepeda"
Posting Komentar
Tulis Komentar Anda Disini....