SERIBU WAJAH JAKARTA: Puisi-Puisi Cunong Nunuk Suraja
SERIBU WAJAH JAKARTA
sumpah penguasa meremas menabur harap cemas pekerja perjalanan gemintang garis edar musiman terpalang kayu apel meranum mata sadis jatuhkan cinta korban disiksa mengabut gegap gerak gempita jejak arus hitam gagak meranggas sebelum Hawa terbujuk pohon berapi pias tertelan oleh Adam melahap aus makna huruf merapat erat pagar meleleh dada bulan tersobek duri mawar menelusuri bagian kisah kedasih kianat.
Pandeglang, 27 Mei 2020
JAKARTA MERONA
warga kota tengah diincar penyamun bengis berkedok virus mematikan berasal dari kelelawar-kelelawar kerasukan sakit insomnia kronis meneriakkan yel-yel baru penyemangat penunggang keledai sendiri menarik tali kendali melintas di jalan kota mengibarkan bendera obar-abir di depan rumah-rumah daun palma melambai pias dalam diam perlawanan diterpa angin dari ventilasi menyisir surai keledai basah mengunyah daun keladi sedang Robert Frost mengudap kedelai rebus dalam bayang-bayangnya telah membawa paru jantung ditusuk dibakar seperti sate Padang meninggalkan dada udara palsu pengap nafsu amarah merasa terpedaya lengang nan sunyi kota membikin resah penduduk menyisih sembunyi di belakang portal desa dijaga dengan awas.
Naples, Tue, Apr 14, 2020
NYANYIAN JAKARTA
dendang seharusnya sampai pada kuping penunggang tunggal yang tiba di tempat berikutnya mendadak dijadikan kepala desa oleh penduduk yang telah kehilangan kewarasan otak siang menerjang pematang sawah basah parasit jentik-jentik tanaman air tenang membikin oleng kepala menanduk ketel nasi kotak-kotak kota ditinggal penduduk mengungsi hampir tumpah segera petani meloncat ketakutan wabah virus ganas merebak secepat meraih beban makan siang dini dari hamparan kosong kitab suci sunyi di dangau riuh kecipak mulut mengunyah melekat beramai-ramai menggarami telur burung-burung liar.
Columbus, Tue, Apr 14, 2020
MENGUNCI JAKARTA
gerak loncat mundur menghindar sabetan suhu sekitar merambat menuju nol desir angin lisut mengerutkan dahi kemuraman membuat jarak ujung beku meluncurkan cumbuan melemahkan semangat juang perlawanan sergapan binatang liar buas membuat koyak tentara asing sewaan basah berkeringat haripun luruh bersama daun rontok terjebak lingkaran segi-segi labirin bumi meronta didera angin beliung batuk pilek seranta sesak dada memotong kabel penyambung tenaga suara harapan sinyal lemah kehadiran virus Corona membelit kota menyiapkan panggung pesta kaki lincah menyusup kerimbunan semak tenggorokan lumpur membangun jaringan kosmopolitan bebas batas sesekali berbangkis menerbangkan benih unggul.
Cleveland, Tue, Apr 14, 2020
INSTAGRAM JAKARTA
tantangan berkirim pose perang semesta isyarat hibernasi telah tuntas diwartakan. senjata bambu runcing ilalang mengacu langit di luar padang rumput kering latar belakang tank baja menggeram luput menyisipkan pesan musim dingin bernyali pundar mengajak kaki melangkah gegas permukaan air danau sedikit mengeras debur perkusi bergulingan di terjunan arus serombongan terakhir angsa menjerit mengangkasa.
Ngayojakarta, Tue, Apr 14, 2020
PINTU AIR JAKARTA
peserta temu kangen petualang cyber beragam warna kulit serta jenis rambut menggelombang mencari induk semang liyan yang lemah mendesir pasir pantai putih gemerisik korsase kekata aneh mau menyusup sungsum malam baru selesai mencuci kaki mengobrak-abrik warna bendera negara liyan sapaan batuk gunung Merapi berdahak mengaduk kabut misteri sejarah makhluk dari kasat jejak hingga imajiner memunculkan dugaan di luar titik kumpul kota sekitar bebenah menghindar dari sentuhan juwita wedhus gembel yang menuju barat daya.
Columbus, Sun, Apr 5, 2020
JAKARTA 2020
sepetak tanah merah lantunan mazmur iblis membujuk bumi menyan putih mengalun menari berdendang di lantai zaman berkepak pulang galah lidah naga menjilat tarian angka purba di ujung bar cafe ular menyapa siksa semua terbuka manusia terlunta kembali berderak mengira berilmu goreng dadakan kepala petaka pesan mingguan langit bumi tergulung.
Buffalo, Sat, Apr 11, 2020
SEPUTIH KERTAS
palu godam pengadilan mengonggokkan tubuhnya di kursi pesakitan
wajah pias tangan gemetar armata tertahan di pelupuk bumi
merpati menghilang di balik awan
2081
MENGEMUT LUKA SURYADI DI GULALI PINURBO
pelangi di mata anakanak merubung penjual gulali yang membentuk burung mengicaukan puisi sunyi trilili trilili trilili
gerimis menjarum menusukkan imaji penyair tua dalam menangisi kapal tenggelam di kolam penuh ikan mata pisau
di jalanan anak-anak bersorak sorai menyanyikan lagu balonku lima pecah semua
semut-semut menghindar sebelum kaki kuda Nabi Sulaiman melangkahi abad berkelibat
2081
USAI HURU HARA RUMAWI
Pasukan Rumawi berkeliling di api unggun bekas kayu bongkaran
Mulutnya fasih menyanyikan puja puji pada Kaisar dengan kenaikan pangkat istimewa
Korban dan tangkapan didata dengan kolom-kolom premilahan njlimet selayak pucuk perdu menumbuh diguyur hujan pertama musim kali itu
Rakyat Rumawi terpuruk meringkuk di sudut kota nan kumuh menghidar tatapan para petugas intelejen semakin mengaburkan sasaran
2081
MENUNGGU JAM 4
jam menggantung matahari di lipatan pelangi saat bidadari
urung mandi terintip Joko Tarub berselempang gandewa
Lalu ke mana Joko Pinurbo?
2081
SECANGKIR MANGKIR
geriap liukan arus memusar di pusat memendarkan wacana
sereguk harap senilai harga terlunasi sudah di ujung siang rekah
bantalan amarah tersulut menggolak menyeret riak petaka langsung
irama meronda menurunkan adem rahayu mengurai jejak berakar
menjawab genderang ditalu mendada sasaran hinggap
renjana mengulas bercak-bercak serpihan semangat tak reda-reda
2081
AFTER LUNCH
ice cream pencuci mulut tandas terlibas lidah kita
saling terkait mengulum kata bersayap melayang di ranjang
jemarimu meremas leher jenjang gelas penghidang dessert manis
matahari terpejam birahi bibir lagu merekah mengaroma terapi
badai gelombang musim menggulung di peraduan abu-abu
tenggelam di kolam pesona telanjang
2081
TERBELIT MUSIM
Saat musim melipat jarak tersembul jejak Ben Abel tertimbun buku Saut Situmorang yang berkeredep membalikkan punggung jarum waktu Yogyakarta dikemas Katrin Bule menguliti sastra wangi Medy Loekito dan Tulus Wijanarko dalam strip comical Agustinus Wahjono
Musim pun berganti saat autum fall dedaunan bersolek warna ikan Rukmi Wisnu Wardani menarikan puisi Sihar Ramses Simatupang menjajakan imaji Anggoro Saronto teremas bilur-bilur Graffity Gratitude dalam pusara Asep Sambodja
2081
MALAM JOKO PINURBO
dalam mimpi penyair itu lupa menanggalkan rembulan
sebelum tidur bersama celana dijahit puasa ibu
menanyakan kibaran sarung pas atau lepas atau nafas
saat terbangun penyair itu menemukan kolam berikan
di botol hujan retak terbelah kapal kertas berpisau
penyair menyanyi menari menuliskan gita dinihari
2081
KUDULANG SWARA TIGA WARNA NOL SAJAK DELAPAN
#Ibnu Wahyudi
duduk di dalam televisi mengupas jangat politik rontok diksi ikan sepat
ikan gabus ikan lele berkumis ideologi melahap berkelebat
tiga lipatan warna terkotak terjebak grafiti kota ditutup janji membara penghujat
menolak tawaran pola pikir gaya poco poco melibas angka-angka semu
di titik nol perempuan membuka tabir keperkasaan menghajar bumi malu kuasa
hujan menimbun membekukan buku perpustakaan moral
delapan hasta gajah roda perbedaan pecah memporakporandakan kota
semut memungut remah remah perang Nusantarayuda
2081
MALES SELAM LEMAS
puisiku tenggelam dalan Bandung Selatan
teronggok kembang kempis napasnya
mengulur diksi panjang terapung
bergelut lumpur kotak kardus mie lekas masak
2081
NASI(B) MELAS
ditunggir waktu kata bersambut rima menghalau metafora
bebek enam menarik kereta kencana menuju istana peri
ditiupkan mantra sakti mengubah jadi kuda Sumba
pangeran gagah bermata kodok menyelepang pedang
sepiring kabar miring tumpah di televisi tetangga
putri peri sedih bunuh diri menggantung di pokok toge
nasib sudah menjadi bubur bubar bibir bobor
2081
MENCATAT UMUR
Usia tak dapat menipu gaya tenaga saat matahari menghitamkan jejak imaji
November njekut di peluk Ben Abel membara digoreng pilkada Jakarta
Salju tak sanggup melelehkan kebekuan benci membiru di dada para satru menggadang perang bubrah saat ki dalang siap meniup api blencong mengangkat gunungan simbol tancep kayon
Apel Malang yang hijau kelon bergulingan di dataran antologi puisi cinta Nanang Suryadi mengiris jari waktu dalam lindasan roda taksi Ekpres dikemudi Iwan Soekri
di pojok pasar Pondok Labu tukang ikan mengobral dengan harga di bawah dua digit
Soto mie Bogor melingkar membelit puisi jadi esai tak termuat di media main stream karena aroma caci cicak maki maka makan makna
2081
DOA SEBELUM IBADAH TELEVISI
setoples kudapan seteko minuman
diperpantas sepiring gorengan
pun godoan rebus ubi kacang
bola bergulir teriak mengalir
setumpuk imaji menata strategi remote control
2081
LEBARAN KUDATULI
bulan di mega-mega
2081
LEBARAN KUDA LUMPING
di lampu merah puisi terbanting
2081
LEBARAN KUDA HITAM
pemain bola menyundul berita
2081
B I O D A T A
Cunong Nunuk Suraja, lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1951 dan sekarang tinggal di Bogor. Buku puisi tunggalnya “My Beloved Nite” 2016. Email: cnsuraja@yahoo.com, cell-phone 0813 1057 6006.
0 Response to "SERIBU WAJAH JAKARTA: Puisi-Puisi Cunong Nunuk Suraja"
Posting Komentar
Tulis Komentar Anda Disini....