Sajak Sebatang Lilin: Puisi-Puisi Agus Widiey


Sajak Sebatang Lilin
: 17 Maret 2021

Lihatlah bulan menari

Saat kau tiup lilin di meja sunyi

Separuh cahaya mulai redup

Menyaksikan usiamu yang mulai terhirup


Pada siklus tanggal, hari, bulan dan tahun

Yang terus saja mengalun

Dalam doa beribu harapan

Semoga engkau sanggup menghadapi revolusi zaman


Tepat pada usiamu yang mulai senja

Kupersembahkan sebatang lilin dan kata

Yang kurapal lewat untaian doa

Untuk meranumkan sepimu dari luka.

Sumenep, Maret 2021


Catatan Sunyi
: Untuk kekasih yang belum aku ketahui

Entah di mana sekarang kekasihku berada

Tuhan telah memberikan hak cipta

Atas dirinya yang sangat berharga

Sampai aku tak mampu melihatnya


Sampai kapan pun kita akan bertemu

Menikmati pesta bulan madu

Setelah halal qobiltu

Semoga tak ada rasa ragu


Pada cinta yang kucatat dalam kubangan waktu

Ia kuseduh sebagaimana manisnya madu

Ketika kupetik di dahan takdir dan nasibku

Ihwal tulang rusuk yang belum aku tahu.

Sumenep, 2021


Membelai Rindu

Kubelai rindu

Dengan menyentuh wajahmu

Bibirmu yang merah delima

Ku kecup lewat kata-kata


Kubelai rindu

Dari sembilu dan ragu

Menghaturkan makna setia

Lewat doa paling mesra


Kasih, percalah padaku

Bahwa membelai rindu

Adalah kebiasaan penyair

Ketika cintanya semakin membanjir.

Sumenep, 2021


Doa-doa

Kutitipkan doa ini

Pada warna pelangi

Setelah hujan bertamu

Membasahi aroma rindu


Kutitipkan doa ini

Pada lembar puisi

Pada bait kata

Yang tiada batasnya


Kutitipkan doa ini

Pada siur angin

Agar segala dingin

Menyempurnskan gigil


Kutitopkan doa ini

Pada gerak waktu

Yang menjadi detak jantungmu

Sebelum pagi membangunkan mimpi


Kutitipkan juga doa ini

Sebelun matamu tenggelam

Ke pangkuan malam

Yang khusuk pada sepi.

Sumenep, 2021


Mata Cinta

Dan cinta membuka matanya

Melailui jalan mempesona

Meski air mata tak pernah alpa

Setia akan merawat segalanya.

Sumenep, 2021

Agus Widiey, lahir di Batuputih, Sumenep, Madura, 17 Mei 2002. Sekarang masih tercatat sebagai santri aktif Pondok Pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep, Madura. Puisi-puisinya tersiar di berbagi media seperti Radar Madura, Cakra Bangsa, Harian SIB, Puisi Alit, Puisi Pedia, dan antologi puisinya antara lain; Rumah Sebuah Buku (2020) Hidup Itu Puisi(2020) Subuh Terakhir(2020) Seruling Sunyi Untuk Mama (2020).

0 Response to "Sajak Sebatang Lilin: Puisi-Puisi Agus Widiey"

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda Disini....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel